HALIMUN : NEVER GIVE UP
Pernah ditulis, tertanggal 23 MEI 2013
Akhirnya aku terbangun dari lelapku. Suara-suara hewan malam
bergemuruh dan berganti kicauan burung pertanda pagi menghampiri. Entah
dimana aku berada. Jauh dari kesadaran yang biasa terjadi. Perlahan
terdengar suara kawan memanggil, meminta sisa tembakau sebatang untuk
mengusir dingin. Sang anginpun terus membelai membawa ribuan semangat
yang hampir pudar ke udara.
Badan terasa kaku dan beku. Jiwa berselimutkan lumpur yang terus memanja. Tak perlu risau, bukannya manusia tercipta dari tanah dan air??ini saatnya kita kembali lebih mengenal soal asal usul.
Alam bawa sadarpun perlahan pergi. Ternyata aku sedang berada di tengah hutan belantara. Siluet pepohonan terkadang terlihat karena ciptaan kilat dilangit. Suatu pagi selepas hujan di belantara halimun.
Halimun. Gunung mistis bagi penggila olah raga offroad roda dua. Jalur yang terkenal memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Apalagi jika hujan turun. Konon beberapa tahun yang lalu puluhan motor tersangkut di hutan lantaran jalur yang sulit dilewati dan pengendara harus berjalan kaki.
Desember 2012 lalu pernah aku kesini. Mengejar penasaran kegagalan tahun 2008. Namun memang Tuhan belum mengizinkan. Aku harus meninggalkan motor dan berjalan selama 9 jam untuk sampai ke ciptagelar lantaran 1 klx 150 jebol kopling dan 1 Scorpio aki soak serta tenaga yang habis. Selanjutnya motor dievakuasi oleh pendudukan setempat. Untuk ke 2 kalinya gagal melewati jalur halimun, mungkin hati ini belum bersih.
Berkat dari itu, rencana harus
dipersiapkan dengan matang. Bermula dari obrolan kecil di bengkel SMX
dengan Arza bahwa kita akan kembali mencoba jalur dahsyat tersebut. Kami
mengajak beberapa kawan lain juga, mengingat jalur yang panjang dan
mengeluarkan dana tidak sedikit sehingga lebih cocok dengan tambahan
orang untuk meringankan biaya dan tenaga. Aip CRF 230, Fajar KTM 250 dan
Mahfud CRF 230 akan bergabung bersama kami. Formasi yang pas, tidak
terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak.
Sore itu, jumat 10 Mei 2013 terjadi hujan hebat di SMX. Kami mengecek kembali kondisi motor sambil menunggu yang lain. Tidak lama dari itu Chandra datang dengan KTM 200 nya dan siap untuk ikut ke Halimun. Wow tambahan senior akan sangat membantu. Akhirnya yang lain pun berdatangan dengan tambahan 1 personel lagi, Tian KLX 150. Sehingga total 7 orang yang akan ke Halimun. Gass Poolll Bro…!!!!
Selepas magrib kami berangkat dengan tak lupa memanjatkan doa. Dalam hujan kami memacu pelan kuda besi kami melewati Kota Depok-Cilodong. Aku di urutan paling belakang membuka gas sedikit dan melewati tanah di sisi aspal. PRAAAkkkkk…..terjadi masalah pada motor ku, unitrack patah. Kegelisahan pertama muncul pada paras kawan-kawan lainnya. Butiran hujan menari-nari terbias lampu jalanan. Ekpedisi teracam batal.
Singkat cerita setelah sejenak diskusi akhirnya motorku di evakuasi oleh mobil bak terbuka adiknya pak Edo Boco, tetua di supermotoindonesia dan motor kembali ke SMX. Kamipun melanjutkan perjalanan dan aku dapat pinjaman motor dari Endang sang offroader sejati dari GUHA, TS 125 biru. Kondisi motor sehat namun kondisi ban sudah gundul dan keras. Bismillah….dimana ada kemauan disitu ada jalan.
Tortel diputar pelan, perlahan membelah malam di kota Bogor. Pukul 01.00 sabtu dini hari, KTM 250 mendapat masalah. Tenaga drop drastis, tidak mau digas. Kami berusaha cari akal, fajar sibuk berbicara dengan mekanik KTM via ponsel. Masih jauh dari solusi, akhirnya dengan berat hati Fajar memutuskan diri untuk mundur kebelakang, kembali ke Jakarta dengan sewa mobil bak terbuka. Pukul 3.30 kami melanjutkan perjalanan melewati Kebun Teh Cianten untuk menuju Pamengpeuk. Goodbye my friend, masih ada hari esok….
4.30 kompor kayu di dapur rumah Icun menghangatkan. Bersama indomie rebus, kopi hitam dan sebatang cigarette merindukan. Suara panggilan Tuhanpun berkumandang, menggerayangi waktu subuh di sudut desa kecil di kaki kabut. Kantukpun mengikuti egonya.
Kami bergegas setelah sarapan dan menyelesaikan ritual pagi. 11.00, tanjakan pertama cukup membuat TS 125 kesulitan lantaran ridernya masih dalam tahap penyesuaian motor 2 tak dan ban yang sudah tidak layak pakai. Jalur cepat sekali berubah dari 4 bulan yang lalu. Jalan semakin licin karena hujan dihari kemarin. Parit semakin dalam dan tak beraturan. Banyak terdapat pohon tumbang sehingga memaksa kita untuk mencari alternative jalan.
Hujan rintik perlahan menyentuh bumi, melicinkan setapak yang akan dilewati. TS 125 semakin sulit, tidak ada traksi pada ban belakang. Tidak hilang akal, seutas tambang diikatkan diban belakang yang diharapkan akan mampu membuat gesekan pada tanah. Alhamdulillah berhasil, ban belakang menggigit menujukan taringnya….ngueennggg….teng teng bull bull…tengbull….
Akhirnya
sampai di sungai pertama. Hulu sungai yang jernih dimana hilirnya
belakangan ini dimanfaatkan untuk wisata arum jeram, Sungai Citarik.
Keindahan sungai ini memang membuat banyak orang terlena sehingga ingin
berlama-lama disini. Padahal setelah ini ada satu tanjakan super yang
membuat ekspedisiku sebelumnya gagal.
Hujan
semakin deras dan kami lekas bergegas menggelegarkan seisin hutan. Deru
kenalpot memecahkan hening, tortel diputar sekuat tenaga, mesin meraung
menangis dipaksa berlari. “Memang musti begitu kalau ingin naik”, pesan
Bang Ai.
KTM 200 mendapatkan masalah, tidak mau disela karena oli samping yang tidak bercampur dengan bensin sehingga menyumbat karburator. Beberapa personel berubah jadi mekanik dadakan. Dengan pengetahuan dan kemampuan seadanya berusaha menghidupkan kuda buatan Austria ini, membuang bensin yang ada di Karburator. Sebagian personel lagi mengisi perut karena gelap sebentar lagi datang.
KTM
berhasil dihidupkan, kami melanjutkan perjalanan melewati keramilk,
akar dan bebatuan. Ada satu pohon besar yang tumbang, sehingga memaksa
kita harus menggotong motor. Sungguh melelahkan. Untung kami dibantu
Icun dan 3 orang pemuda dari Desa Pemengpeuk.
Tiba-tiba CRF 230 Aip tidak bisa distater karena aki yang melemah. Motor tidak bisa dinyalakan sama sekali karena stater CRF230 hanya memanfaatkan baterai, tidak ada kick stater. Kegelisahan berikutnya hadir. Motor terancam ditinggal di hutan.
Alternative pertama jumper dengan aki motor lain namun terlalu repot karena harus bongkar jok dan lain-lain. Alternative kedua balik turun dan masukan gigi, berhasil sekali tapi tidak pada semua track karena kondisi jalur yang licin. Ketiga, motor dimiringkan dengan memanfaatkan standar, masuk gigi 4 dan ban belakang diputar secara paksa. Alternative ketiga berhasil dan motor tidak boleh dimatikan serta menyalakan lampu guna mengisi daya pada baterai.
Icun dan kawan-kawan pamit setelah membatu kami melewati tanjakan yang dipenuhin akar pepohonan tua yang menjulang kepermukaan. Ekspedisi sesungguhnya baru saja akan dimulai, mandiri. Waktu menunjukan pukul 23.00 dan hujanpun enggan berhenti menghalangi sinar rembulan jatuh ke tanah.
Jalur semakin parah karena kita harus melewati parit sedalam 1.5 meter dan mengecil pada bagian bawah sehingga sering kali membuat footstep dan mesin nyangkut. Tidak jarang kami harus melebarkan jalan dengan tang dan menganggkat motor bagian depan dan belakang. Disini fisik dan mental diuji. Kebersihan hati jalankan. Ketulusan berkawan pertanyakan. Dingin terus menakut-nakuti. Sisa tenaga tidak cukup menghangatkan. Kami memutuskan untuk istirahat tidur mengingat tenaga yang habis dan penerangan yang kurang terus menguras konsentrasi. Banyangkan karena gelap mahfud terjatuh, bagian kaki kirinya tersangkut dimotor namun bagian tubuhnya tergantung di parit besar sedalam 2 meter.
Minggu 5.30 pagi. Persediaan air minun, makanan dan rokok habis. Tenaga menguap ke udara yang tertinggal hanya semangat dan kegigihan. Arza lekas menyalakan motornya didepan dibantu oleh Chandra. Selanjutnya aku mengendarai CRF 230 Mahfud dibantu oleh Chandra dan Tian. Semangat goyah, mental melemah.
Mentari mulai masuk melewati sela-sela pepohonan yang berusia ratusan tahun. Menghangatkan raga yang beku karena embun. Maka datanglah seorang pemuda dari ciptagelar yang sedang berjalan kaki menuju pamengpeuk. Kami meminta minum, rokok dan bantuan tenaganya. Setelah berkah Tuhan itu datang semangat kembali bergelora. Satu persatu motor berhasil melewati tanjakan itu.
Ternyata itu merupakan tanjakan terakhir, selanjutnya jalur cinderung mudah dan menurun. Alhamdulillah Ya Allah dapet bonus. Namun jalan menurun tetap menjadi PR bagi TS 125. Tidak ada rem depan dan belakang serta ban yang ampun botaknya. Turunan ini tidak hanya sekali membuat TS 125 klontang dan membuat paha kiriku terjepit.
Alhamdulillah
wangi pemukiman mulai tercium dari kejauhan. Gubuk-gubuk terlihat
menjagai lahan pertanian warga. Keramahan CIPTAGELAR menyambut kami.
Setelah 24 Jam hutan itu menakut-nakuti.
Kami sadar....masih banyak yang perlu kami perbaiki dan masih banyak yang perlu kami tingkatkan…..!!!!
Thanks to: Allah SWT, SMX, Endang Amc atas pinjeman motornya, Syarif Idrus, Arif Zakaria, Chandra Diana, M.Mahfud, Teean Cash , Fajar ferdinan, icun Pamengpeuk CS, Warga Ciptagelar….
TEAMWORK is better than your SKILL, TEAMWORK is better than your MUSCLE, TEAMWORK is better than your BIKE.....TEAMWORK is better than your MONEY....
Komentar
Posting Komentar