PULANG KAMPUNG CIPTAGELAR
Ramadhan hampir saja berakhir…sisa beberapa shaf saja yang memenuhi langgar untuk tarawih…aroma syawal sudah tercium dari kejauhan...hiruk pikuknya memenuhi pasar demi mempersiapkan hidangan hari raya….ramai...Sebagian besar warga jakarta mewarnai almanaknya untuk persiapan mudik.
Terus..bagaimana dengan saya yang
tidak memiliki budaya pulang kampung. Libur panjang pasti akan sangat
membosankan jika dibiarkan begitu saja.
Akhirnya ide gilapun berlari
nakal di dalam benak. Menerawang jauh pada angan buatan film-film Indiana jones
ala adventure. Bagaimana jika kita spend waktu 3 hari dengan sepeda motor. It’s
a good idea….
Oke, cari kawan seiman
(visi-misi-aksi), lontarkan beberapa pilihan gaya adventure seperti longtrip
offroad jakarta-bandung, cross country jalur selatan jawa barat, atau offroad
halimun ciptagelar.
Setelah berdiskusi akhirnya
halimun yang menjadi pilihan lantaran banyak dari personil yang belum pernah
melalui jalur legend tersebut. Meskipun sejujurnya saya penuh kekhawatiran
dengan hal tersebut. Apakah saya akan berhasil melalui jalur tersebut dengan
aman. Bagaimana dengan kondisi tim nanti.
Jalur halimun adalah jalur yang
sangat berat buatan topografi, iklim serta mistisnya yang begitu kental. Di tempat
finish sudah menunggu sebuah kampung sunda kuno yang masih kental dengan
budaya, dan adat istiadat, Ciptagelar. Indah memang…tapi untuk menggapainya,
butuh usaha teguh dalam berikhtiar. Fisik, skil, mental serta persiapan.
Saya sudah lama ingin pergi dari
jalur-jalur extreem seperti halimun dan lebih menyukai jalur-jalur fun dengan
pemandangan yang indah. Tapi atas desakan dan banyak permintaan akhirnya saya
bulatkan hati dan pikiran. Oke… bismillah…dimana ada usaha disitu ada jalan…
Hari itu cerah, meski tanah merah
masih lembab buatan hujan lebat 2 hari kebelakang. Edisi Pulang Kampung ini
penuh dengan emosional rasa memiliki. Diharapkan dengan itu alam dapat
mendengar apa yang ada di hati kita…dan memberikannya jalan untuk sampai di
tujuan dengan indah.
Every adventure is not a
routine...its special... We love it... We prepare it
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rabu 28 Juni 2017 selepas subuh
kami memutar gas dengan pelan. Melalui depok, bogor dan perkebunan teh cianten.
Matahari masih bersahabat. Pukul 10 kami tiba dirumah icun di pamengpeuk. Desa
terakhir dimulut jalur jalan setapak menuju ciptagelar.
Icun sudah mempersiapkan sarapan
pagi yang kesiangan, dan nasi bungkus untuk makan dihutan. Suasana hangat
melebur di sebuah desa di kaki bukit, Pamengpuek.
Setelah persiapan dan memanjatkan
doa, pukul 12 kita bergegas memasuki hutan. Melewati perkebunan tulang punggung
warga. Meski tak hujan... jalur tetap basah dan lembab. Adrenaline meningkat
memacu darah mengalir cepat keseluruh tubuh, nikmat. Sementara Icun dan 3 warga
lainnya mengikuti dari belakang.
Loh kok pake helper...dari sekian
banyak orang pasti ada yang akan berkomentar seperti itu. Oke sabar
dulu...jangan banyak emosi. Begini alasannya: 1). Kita mau bersenang-senang ke
halimun...mau camping...mau makan enak...bukan mau belangsak atau ngoyo...kalo
mau ngoyo...situ narik becak aja...dah cape..dapet duit lagi... 2). Bagi saya
memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal adalah sebuah keharusan menurut
inskeep (inskeep?? Cari sendiri di google)... Jadi masyarakat senang...kita di
doain...jadi… ga cuma dapet kentut motor kita doang....dah gitu sampe dalem
ngerusak dan buang sampah lagi...duhh..piye iki dul...
Kembali ke jalur ini setelah 2014
silam. Kondisi makin hancur tak beraturan. Cerukan rel semakin dalam, semakin
susah dan membuat kaki kram. Banyak jalur alternatif baru menggantikan jalur
lama yang sudah tidak layak pakai. Jika jalan malam hari pasti akan sangat
sulit memilih jalur.
Keringat bercucuran. Lemak dan
kolesterol ketupat dan opor lebaran luntur bersama kalori yang terbakar
semangat. Akhirnya sampai di sungai ke 2 pukul 15.30, Citelemeung. Tempat yang
dianggap paling layak untuk menginap. Karena miliki tempat yang cukup luas untuk
mendirikan tenda dan dekat dengan sumber air (meskipun tidak boleh persis
disamping aliran air, bahaya air bah dan air merupakan tempat hidup para hewan,
termasuk hewan buas).
Icun dan rombongan pamit dan kita
mempersiapkan untuk tempat untuk tidur nanti malam.
Saya, sadam, azwin dan kakaw
mendirikan tenda darurat dengan menggunakan flysheet. Kenapa hanya Flysheet??
Kenapa tidak tenda doom??... Flysheet itu lebih ringan dan ringkes di bawa.
Sedangkan tenda doom akan makan tempat, karena ada frame, main tend sampe cover
tend nya..repot lah..apalagi cuma muat 4 orang belum termasuk barang. Sementara
itu mas boneng bertugas dibagian pertukangan. Cari kayu bakar dan mengihidupkan
api unggun.
Hujan rintik sepanjang malam.
Menghalangi bintang menghias angkasa. Pepohonan yang telah lahir ratusan tahun
lalu menjulang tinggi mengawasi kita. Hewan malam bernyanyi mengantarkan jiwa-jiwa
yang takut kegelapan. Sunyi..dingin dan syahdu, dan kantukpun menrajai raga
lelah yang rindu untuk bermimpi.
Karena malam sangat
panjang...kami sudah bagun jam 3 pagi tanggal 29 juni 2017. Jangan lupa masak
kopi, mie dan sosis bakar. Serta bercengkrama dengan rekan sejawat…Nikmat...
Jam 9 kami sudah bergegas meninggalkan
camp Citelemeung. Jalur makin parah karena di dominasi akar. Rel dan jalur S
sering kali membuat ban hilang traksi. Teamwork dan gotong royong menjadi hal
yang mustahil di hindari. Dibutuhkan fisik dan mental yang kuat disini….
Setelah beberapa saat kaget dengan
kondisi jalur akhirnya kami menemukan formula jitu untuk menghadapinya. Pertama
kita musti tenang...dan bersih...karena terburu-buru jelas membuat nafas
tembakaw cepat lelah. Tarik nafas yang dalam….layaknya yoga..dan putar gas pelan
dan ritmenya di jaga… insya allah akan naik. Kedua perbaikin obstacles yang berpotensi
membuat stuck. Perlebar rel agar tidak membuat foostep nyangkut, kasih bantuan
kayu (seperti anak tangga) di akar-akar yang melintang, serta bagi saya yang
paling depan bertugas memastikan memilih jalur yang paling mudah,
sehingga ketika ragu sering kali harus tracking memastikan hal tersebut.
Alhamdulillah meski turun hujan
pukul 14 kita sudah lepas dari dari hutan dan sampai si warung devi permatasari
di gerbang ciptagelar. Isi bensin, isi angin dan isi perut.
Ketika sampai kami disambut
senyum hangat warga ciptagelar. Mereka menyuguhkan kami untuk makan sepuasnya. Setelah
bersih-bersih istirahat pun di mulai.
Tidak lama dari itu masuklah
beberapa rombongan dari komunitas turing, JOYS. Suasana larut dan saling
bercerita bagaimana sulitnya mencapai ciptagelar. Renyah…serenyah kulit ayam
buatan dapur fast food.
Rencananya kita akan kembali ke Jakarta
pada tengah malam atau dini hari tanggal 30 Juni, namun karena saya baru dapat
tidur nyenyak, kawan-kawan tidak tega bangunin.
Akhirnya kami bersiap pagi-pagi
betul, karena kebetulan dapat sms dari Jakarta anak saya sakit. Tapi beberapa
orang termasuk Pak Mus dan Kang Yoyo mendesak kami untuk tahan sebentar untuk
dapat bertemu Abah Ugi. Dengan bimbang saya memutuskan untuk menyambung
silahturahim dengan Ciptagelar. Kepulangan di tunda sampai selepas dzhuhur...
Sambil menunggu waktu abah, kami
banyak berbincang dengan kang yoyo. Kang yoyo mengajak Village Tour sambil
menerangkan beberapa hal keunikan adat, budaya dan kearifan lokal Ciptagelar. Selain
tentang keseimbangan Kang Yoyo juga sempat membuka pembicaraan tentang
Management Halimun Trail Organization (akan dibahas selanjutnya).
Akhirnya usai sudah petualangan
Pulang Kampung di Ciptagelar. Selanjutnya kami pulang melalui jalur Gunung
Bongkok, Warung Banten, Citorek dan Cipanas. Panjang tapi tidak membosankan
dengan pemandangan khas pegunungan halimun yang selalu berkabut.
Entah mengapa perjalanan ini
penuh dengan berkat. Semua rencana berjalan dengan lancar. Mulai dari waktu,
jalur, kenikmatan, pemandangan, sampai teori keseimbangan Ciptagelar.
Lestari alamku, lestari desaku.
Wonderful indonesia.
28-30 Juni 2017.
TEAMWORK IS BETTER THAN YOUR SIZE
VIDEO click here
TEAMWORK IS BETTER THAN YOUR SIZE
VIDEO click here
Kereeeennn petualangannya
BalasHapusmakasih om bule...
Hapus