SAVANA MAUSUI LEWAT TENGAH MALAM
Menjelang gelap kami singgah di salah satu rumah penduduk untuk istirahat. Suara magrib sayup terdengar terpantul terbawa angin menuju perbukitan dan menghilang. Hujan rintik yang sedari tadi belum juga berhenti menambah syahdu diantara indomie dan perapian. Bukan hanya Suku Rongga, masyarakat seantero flores ini memang ramah dan membuat kita selalu rindu untuk balik lagi.
Kami lekas bergegas setelah indomie goreng pakai kuah dilahap. Memacu putaran gas dengan pelan dan sempurna. Jalanan masih layak meski beberapa lubang dan makadam memaksa kita untuk riding berdiri bergaya ala cowboy di texas, nikmad... Blast sudah tidak ada signal. Hanya mengandalkan offline map buatan Google Earth yang dibaca di Locus.
Yaa rumah terakhir sudah kami lewati,
dan memasuki pinggiran pantai dan sedikit menanjak memasuki hamparan luas yang
kami juga ga yakin apa itu sebenarnya. Kami hanya menerka-nerka karena tidak
ada penerangan sekali selain motor kami.
Ribuan mata hewan terpantul mengawasi
kita. Memandang sinis penuh curiga. Mungkin mereka berkata "malam-malam masuk
jalur tanpa tahu di depan ada apa, mungkin mereka su gila". Ujar sapi dan kuda
yang telah santai menikmati malam. “Ahh namanya juga adventure”, jawab kita.
Ban aspal mulai berputar antara
batu dan tanah liat, meraung tuas kiri ditarik setengah, kerass… blaaarrrr….. Iqbal tersungkur menyetubuhi mencium bumi. Keringat
satu persatu terjatuh menyatu dengan air hujan. Basah... lelah….
Obtacles pertama dan selanjutnya
begitu menguras tenaga. 14 km lagi untuk sampai ke garis finish dari 33km total
jalur yang direncanakan tak usai-usai. Persediaan air dan makanan sudah habis.
semangatpun runtuh terkikis.
Box motor putih Zaenal terpental
jauh entah kemana. Ridernyapun tersungkur dengan tenaga sisa. Bau terbakarnya
kampas kopling jelas membuat resah. Suara menggelegar tanpa tenaga tersalurkan
ke ruang gerak. “Di flores aja belum tentu ada, apalagi ditengah hutan negeri antah
berantah. jelas nihil jawabannya”, kata handy.
Ritual membakar rokok yang
disangkutkan dibatang pohon tetap dilakukan. Viktor dan Faisal berusaha
membakar kayu agar sedikit hangat sambil menunggu reda kerja mesin yang sedari
tadi selalu dipaksa.
Oky ambil alih si putih dengan
irit menggunakan kopling. perjalanan terus dilanjutkan. jatuh bangun itu tetap
mewarnai malam panjang.
Ponco berhenti ditengah tanjakan curam. Tepat di depan mata tersusun bebatuan berantakan. "ahh shit kapan selesai, aku hampir saja bosan" kata Iron.
"Apakah ada yang menjamin di
depan sana ad
"Tidak ada yang tau
pasti", ilham menjawab dengan dingin.
Dan semua tertunduk terdiam….
bersambung...
Komentar
Posting Komentar